Rabu, 10 Agustus 2011

Wasilah
 oleh lek Basyid

Sido Makmur adalah  desa yang  sangat  subur. Bertani dan berladang merupakan mata pencaharian warga desa tersebut. Dalam setiap tahun  warga desa Sido Makmur dapat memanen sawahnya tiga kali. Selain bertani dan berladang, warga desa Sido Makmur juga mengandalkan peternakan sebagai  tambahan penghasilan. Seperti memelihara kambing, ayam, bebek dan sapi.
     Kesuksesan pertanian dan peternakan desa tersebut tidak lepas dari andil kali Blorong. Kali Blorong adalah  sungaii aliran airnya membelah desa tersebut dan hampir 70 %  masyarakat Sido Makmur memanfaatkan aliran kali Blorong untuk menunjang aktivitasnya. Seperti irigasi, cuci pakaian, mandi, dan lain - lain.  lain kali Blorong juga menjadi hantu yang menakutkan terutama ketika musim penghujan tiba.
     Cerita meluapnya  sungai Blorong di musim penghujan bukan hal yang baru bagi warga desa Sido Makmur bahkan mereka menganggap itu hal yang biasa. Kalaupun toh harus  ada korban hingga sampai puluhan orang,  itu merupakan bagian dari hubungan timbal balik antara alam dan manusia.
    Salah satu peristiwa banjir yang membuat warga desa Sido Makmur menghela nafas terjadi pada musim penghujan tahun 2005. Ketika itu hujan turun selama 2 hari penuh. Tanda - tanda hujan kan reda tak tampak. Namun demikian, sore itu warga Sido Makmur sedang menghouli  mbah Sunep yang ke 15 di masjid Al Fathoni. 
    Tepat adzan Magrib hujan pun berubah menjadi gerimis. Warga Sido Makmur pun terlelap dalam kedinginan malam di rumah. Tiba - tiba pada pukul 23.00 WIB.
    thung - thung ! ,...thung - thung  !, thung - thung !.
Warga desa Sido Makmur pun terkejut mendengar bunyi titir kethongan tanda bahaya dari gardu pos jaga malam. Bunyi  titir kethongan terus membahana dan saling bersautan dari kampung ke kampung.  Warga yang sudah terlelap tidur, terpaksa bangun dan keluar rumah untuk mencari tahu ada bahaya apa dengan kampungnya ? Belum sempat keluar rumah, terdengar pengumuman dari pengeras suara masjid kalau sebentar lagi  kali Blorong yang melintas di desa itu sudah  tidak sanggup lagi menampung air bah. Untuk itu warga Sido Makmur diminta segera mengemasi barang  dan segera mengungsi ke balai desa, kantor kecamatan atau tempat yang dirasa aman.
     Tapi terlambat bagi warga yang rumahnya persis berada di bantaran kali tersebut. Air bah sungai Blorong meluap bak laskar pasukan hendak berangkat perang. Warga     harus beradu cepat dengan laju air bah tatkala mengemasi barang - barangnya. Kepanikan pun semakin bertambah ketika musolla terdekat mengumandangkan adzan tanda  bencana.
     Tak lama kemudian, rumah - rumah di sekitar  kali Blorong sudah terendam hingga satu meter lebih. Diperkirakan kondisi banjir seperti itu dapat bertahan hingga sampai satu minggu.
     Di tengah keheningan dan lengangnya desa Sido Makmur karena banjir , ternyata mengisahkan cerita tidak enak bagi banjir dan angin ribut. Banjir pun mulai merasa  risih, tak nyaman serta merasa bingung sendiri ketika mendengar sebagian dari umpatan manusia. Bahkan banjir pun sempat ingin memprotes manusia karena selalu disalahkan.
" Mengapa ya manusia tidak pernah menyambut kedatangan ku ? "
" Apakah aku ini terlalu banyak dosa , sehingga manusia begitu antipati terhadap akan
 kedatanganku ? "
" Atau mungkin tuhan belum membukakan pikirannya ! "
" Entahlah ! "
    Ketika sedang asyik memikirkan nasibnya, tiba - tiba banjir pun dibuat terkejut  oleh ulah si angin ribut.
" Hai, banjir sedang apa kau, malam - malam  kok melamun ! " " Apa ada yang merisaukan hatimu ? " sergah si angin ribut.
" Ah  kamu, angin ribut sejak dulu selalu usil dan pinginnya tahu urusan ku ! " elak si banjir.
" Tidak begitu banjir, engkau  kan tahu, kalau kamu dan aku adalah sahabat karib sejak jaman dahulu. Apalagi kita diciptakan oleh tuhan punya missi yang sama. Yakni memberi nasihat sekaligus membukakan alam kesadaran  manusia ". tegas si angin ribut.
 " Kalau itu saya sudah paham !".
 " Tapi apakah manusia akan bisa memahami tugas kita. Ini yang sedang saya pikirkan !" jawab si banjir.
 " Coba bayangkan angin ribut, ketika aku akan datang orang – orang sudah berteriak mengisyaratkan untuk segera pergi. Ada yang ke balai desa, kantor kecamatan,   atau ke masjid ".
 " Dan ini berlangsung terus menerus sepanjang masa. Jika begitu,  bagaimana aku akan menyampaikan maksud kedatangan ku ! " tegas si banjir.
" Bahkan oleh sebagian mereka kedatanganku dianggap merugikan dia ! Padahal kedatangan ku atas perintah tuhan. Iya kan ! "
" Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya kedatangan ku ke rumah - rumah manusia 
 itu untuk mengajak bicara mereka. Agar mereka itu tidak selalu semenyalahkan aku seratus  persen,  ketika aku  meminta korban hingga sampai puluhan orang ! ".
" Selain itu, aku pun ingin menjelaskan kepada manusia mengapa aku sampai keluar dari   jalurku ? " ungkap si banjir.
" Tapi sayang angin ribut ! Keinginanku itu selalu bertepuk sebelah tangan ". desah si banjir.
" Memang untuk mahluk tuhan yang satu ini sangat sulit sekali untuk diajak kompromi ! " kata Si Angin Ribut. 
" Lebih anehnya lagi" kata banjir kepada angin ribut " Manusia itu sebenarnya menyadari kalau perbuatannya itu salah atau keliru tetapi masih saja mereka lakukan. Dan ketika dikonfirmasi, jawabannya pun bermacam - macam hingga mereka  bingung sendiri. Dan  ujung - ujungnya saling menuduh dan menyalahkan sesamanya"
" Benar kau, banjir ! " sergah angin ribut,
" Memang, manusia itu aneh dan juga unik " tegas angin ribut.
" Nyatanya tidak ada yang sama antara  manusia satu dengan manusia lain di muka dunia ini, meskipun jumlah mereka lebih dari satu milliyard  " ungkap si angin ribut.
" Lebih uniknya lagi manusia itu mempunyai sifat lupa, Tapi mereka enjaoy saja dengan  sifat tersebut, ironisnya sifat tersebut sering dikambinghitamkan guna kepentingan    sesaat ". " Contohnya ketika tuhan menegur mereka lewat kitab suci atau orang - orang cendikia atau dari peristiwa - peristiwa alam, mereka hanya menjawab "  apa ... iya !" 
" Memang benar, apa yang kamu sampaikan tadi " tandas si banjir.
" Tapi ingat !" Kata si Banjir lagi, selain tuhan juga memberi sifat pelupa, tuhan juga memberi satu keistimewaan buat manusia dan ini sangat luar biasa yakni akal atau pikiran. Dari akal tersebut, tuhan berharap manusia bisa berlaku arif dan bijaksana ketika mendapati satu persoalan. Sebab banyak manusia yang terjebak dalam persoalan yang mengarah kepada kepentingan sesaat. Dan mereka menyakini betul jika prilakunya tersebut adalah benar. Apalagi ketika mereka bicara tentang agama. Bagi mereka agama adalah sebuah kenyakinan yang harus diperjuangankan. Sehingga wajar jika akhir - akhir ini banyak orang rela bunuh diri demi sebuah kenyakinan"
    Banjir dan angin ributpun saling menghela nafas. Mereka terus berbicara, tentang keberadaan manusia di muka bumi ini. Kerusakan demi kerusakan terus terjadi setiap saat. Baik  kerusakan alam atau kerusakan prilaku manusia. Bahkan banyak manusia yang telah mengingkari tujuan hidupnya di dunia ini.
     " Banjir ! Kira - kira sampai kapan manusia terjebak dalam kerumitan hidup ini ? " tanya Si Angin Ribut.
     " Menurutku ketika manusia menyadari pentingnya hidup beragama secara benar.
Karena dengan beragama secara benar prilaku manusia dapat terkontrol. Dengan demikian manusia dapat membedakan mana yang hak dan mana yang bathil, serta tahu mana yang miliknya dan mana bukan miliknya. Dan yang terpenting lagi, dengan beragama yang  benar akan munculkan rasa kasih sayang sesama mahluk tuhan" jawab si Banjir. Cuman untuk bisa beragama dengan baik dibutuhkan kerja akal yang maksimal. Mengingat godaan orang beragama sangat luar biasa."
 "Tapi aku percaya manusia dapat menjalani itu semua, kalau pun toh yang terjadi akhir - akhir ini diperbagai tempat itu hanyalah kekhilafan belaka.". 
" Aku juga berharap demikian" tegas Si Angib Ribut.
" Ngomong - ngomong soal agama, mengapa ya tuhan tidak memerintahkan  kita untuk beragama seperti manusia ?" tanya si Angin Ribut.
" Bukankan dengan beragama, setiap kali perbuatan kita salah kita tinggal  meminta maaf  kepadaNya " tegas  si Angin Ribut.
" I...ya.  ya  jika  cara beragamamu  benar  ! " tegas  si Banjir. " Sebab banyak kegiatan keagamaan hanya bersifat formalitas. Mereka yang pergi ke masjid, gereja, wihara hanya ingin dianggap beragama dengan 
baik.
" Maksud lho ? " tanya si Angin Ribut dengan perasaan ingin tahu.
" Begini  angin ribut  ! "  jelas si Banjir, " Setahuku tuhan mewahyukan agama kepada manusia ini agar hidupnya damai. Atau dengan kata lain agama  adalah wasilah untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Makanya, bagi orang - orang yang rindu kedamaian, dan ketenangan hidup,  mereka akan beragama secara totalitas ( kaffah ). Perkara agama mana yang paling benar itu urusan Yang  Maha Kuasa. Sebab dalam kitab sucinya orang Islam  yakni Al Quran dikatakan yang artinya kurang lebih sebagai berikut " jangan paksakan satu kenyakinan kepada kenyakinan yang lain. Dan arti yang lain " urusanmu ( Muhammad ) adalah menyampaikan ( tabliq )sedangkan masalah hidayah itu urusanKu ( Allah ).
" O.... begitu !, lalu bagaimana tanggapan jika ada manusia yang merasa paling ? "Tanya angin ribut.
" Boleh saja mereka memiliki perasaan paling, tetapi manusia harus menyadari kalau tuhan itu tidak tidur. Dan Dia tahu siapa diantara mahluknya yang pantas masuk surga.
*****
Setelah berjam - jam banjir dan angin ribut berdiskusi tentang manusia mereka tetap tidak punya kesimpulan yang pas. Mereka tetap saja diliputi rasa penasaran tentang mahluk tuhan yang satu ini. 
Penulis
Abdul Basyid
Sekretaris Lesbumi Kec Kaliwungu Selatan