Selasa, 19 April 2011

Mengimpikan Pasha Ungu, Ade Rai, Habibi dan Rosulullah

Mengimpikan
Ade Ray, Pasha Ungu, Habibi, dan Rosulullah
oleh Lek Basyid

Pendidikan pada prinsipnya adalah upaya meningkatkan kualitas individu atau kelompok dalam rangka menghadapi perubahan jaman yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Bagi masyarakat atau individu tertentu yang ingin meningkatkan peradabannya, menguasai ilmu pengetahuan serta menemukan jati diri berpendidikan adalah suatu keharusan.
Melihat pentingnya berpendidikan ( tolabul ilmi ) untuk kelangsungan hidup di masa depan menjadikan motivasi bagi organisasi masyarakat ( ormas) dan individu untuk turut serta berpartisipasi di bidang pendidikan. Seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Taman Siswa, MKGR, Kosgoro dan masih banyak lagi.
Dengan adanya terlibatnya ormas atau individu terhadap dunia pendidikan berarti membuka kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan seluas - luasnya. Sekaligus juga mengurangi tanggung jawab pemerintah. Belum lagi anggaran pemerintah untuk pendidikan pun terbatas. Apalagi sekarang ini tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan semakin kuat dari masyarakat.
Pendidikan Berkarakter
Pendidikan berkarakter adalah pendidikan yang mampu mengangkat potensi lokal sebagai corak pembeda dengan sekolah lain. Pendidikan berkarakter dimunculkan dengan harapan agar sekolah / penyelenggara pendidikan di seluruh Indonesia mempunyai corak masing - masing. Dan ini akan menjadi kekuatan tersendiri untuk membangun bangsa ini yang terkenal keanekaragaman budayanya.
Rumusan pendidikan berkarakter menjadi otoritas sekolah atau penyelenggara pendidikan. Untuk merumuskan pendidikan berkarakter dibutuhkan analisis lingkungan, analaisis potensi internal dan kemampuan pembiayaan. Namun bagi sekolah yang penyelenggaranya sebuah organisasi kemasyarakatan, karakter pendidikannya disesuaikan dengan tujuan organisasi itu dibentuk.
Kondisi ini bisa dimaklumi, karena sekolah bagi organisasi tersebut adalah tempat penyiapan kader di masa mendatang. Tujuan organisasi tersebut selanjutnya dikemas menjadi misi dan visi. Seperti LP. Ma'arif harus seirama dengan kebijakan PBNU, Lembaga Pendidikan Muhammadiyah, harus selaras dengan kebijakan PP Muhammadiyah, Santo Dominico dengan kebijakan gereja, dan lain - lain.
Kemudian dari visi dan misi yang ada oleh sekolah. menjadi pijakan ketika menyusun rencana strategis ( Renstra ). Rencana strategis ( Renstra ) merupakan cara untuk mengkalkulasi potensi sekolah selama kurun waktu tertentu yakni jangka pendek (1 tahun ), jangka menengah ( 3 tahun ) , dan jangka panjang ( 10 tahun ). Agar semua renstra dapat sukses dan membumi di sekolah tersebut maka semua komponen sekolah diajak untuk melakukan analisis. Mulai dari keunggulan potensi lokal, daya dukung, dan sumber pembiayaan.
Hakekat Pendidikan
Pendidikaan sama artinya dengan investasi ilmu. Siapa yang ingin bahagia di dunia harus berilmu, siapa yang ingin bahagia di akhirat harus berilmu. Dan siapa yang ingin bahagia di dunia dan akhirat juga dengan ilmu. Dari arti hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa perlunya menjaga keseimbangan dalam berpendidikan. Pemahaman ini sinergi dengan paradigma pendidikan yang canangkan oleh pemerintah.
Pendidikan yang dicanangkan pemerintah meliputi empat aspek yakni olahkalbu, olah pikir, olah rasa dan olahraga. Olah kalbu adalah pendidikan akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, sehingga peserta dididik memiliki kepribadian yang unggul. Ini adalah aktualisasi dari potensi hati manusia dan merupakan bagian pendidikan yang paling mendasar dan paling penting. Dalam istilah pendidikan, hal itu termasuk merupakan aspek afeksi. Dalam keyakinan agama islam yang berdasarkan sebuah hadits dari Imam Muslim– dijelaskan bahwa, semua perbuatan (amal) berangkat dari kualitas niat. Pendidikan afeksi adalah bagaiamana membangun manusia berhati baik dan prakarsanya menjadi baik, karena didasarkan pada niat baik pula. Niat yang baik dan postif akan bisa menjadikan manusia bersifat produktif. Inilah yang dalam istilah populer saat ini disebut dengan kecerdasan spiritual ( spiritual quality ).
Olah pikir ( intelektual quality) berarti membangun manusia Indonesia agar memiliki kemampuan untuk menguasi ilmu pengetahun dan teknologi ( Iptek). Olah pikir berorientasi pada pembangunan manusia Indonesia yang cerdas, kreatif dan inovatif. Olah rasa ( emosional quality )bertujuan menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitif serta mampu mengekspresikan keindahan dan kehalusan. Ini sangat penting, karena manusia adalah satu - satunya mahluk tuhan yang sangat peduli sekali dengan keindahan. Dan sekaligus sebagi representasi rasa syukur tuhan. Coba bayangkan bagimana jika manusia Indonesia tidak memiliki apresiasi terhadap keindahan dan kehalusan.
Untuk menjaga keutuhan nilai - nilai pendidikan, sudah seharus jika semua aspek pendukung pendidikan harus kita maksimalkan. Dan jangan sampai satu aspek tidak mendapatkan perhatian karena itu dapat menyebabkan kegagalan dalam mendidik para pelajar kita. Salah satu kelemahan kita adalah tidak terbiasa untuk memberikan apresiasi kepada anak dudik kita atau orang lain disekitar kita. Akibatnya yang muncul perasaan hasut serta berprilaku destruktif.
Sedangkan olah raga merupakan proses pembangunan manusia Indonesia ketahanan fisik. Ungkapan Men Sana en Comporisano yang sering kita dengar jelas mengajak kita untuk memberikan porsi yang seimbang antara olahraga, olahkalbu, olahpikir dan olahrasa. Jika orientasi pendidikan yang dicanangkan pemerintah betul - betul dilaksanakan secara kaffah dan benar maka tidaklah berlebihan jika generasi Indonesia ke depan akan berparas Pasha Ungu, berbody Ade Rai, berIQ Habibi dan berahklak Rosulullah. Amin,

Abdul Basyid, S.Pd
Sekretaris Lesbumi
Kaliwungu Selatan