Kamis, 24 Januari 2013


RESENSI
SERTIFIKAT HIDUP*
                Judul                           : Puncak Makrifat Jawa
            Pengarang                   : Muhaji Fikriono
            Penerbit                       : Noura Books
            Tahun terbit                 : 2012
            Jumlah halaman           : xiii + 474.;
                                                  15 X 23 cm.
            Pengantar                    : Radhar Panca Dahana
                                                  ( Budayawan )


Tuhan menciptakan manusia dan jin hanya untuk beribadah kepadaNya. Namun, apakah manusia telah melaksanakan tugas mulia tersebut. Atau malah sebaliknya, yakni manusia terlelap dalam kehidupan dunia yang dianggapnya dapat mengantarkan kemuliaan dihadapanNya. Sehingga rumah megah, mobil mewah, pangkat dan drajat merupakan ukuran dalam memaknai keberhasilan dalam mengarungi perjalanan hidup.
Namun hal itu, tidak bagi Ki Ageng Suryomentaraman, beliau dengan kesadaran penuh mengajukan permohonan diri berhenti menjadi pangeran kepada Sultan Hamengku Buwono VII. Meski awalnya ditolak namun akhirnya dikabulkan juga ( hal. 10 ). Berawal dari itulah pengembaraan batin belaiu di mulai. Cerita – cerita klasik Jawa yang menggambarkan spirit hidup orang jawa menjadi bahan kajiannya. Seperti Dewa Ruci ( hal. 19 ), Syeh Siti Jenar / Wali kesepuluh ( hal. 61 ), dan  R. Ng. Ranggawarsito ( hal. 80 ).
Perjalanan hidup orang Jawa yang memadukan kearifan budaya lokal dengan  Islam ternyata banyak menginspirasi orang- orang asing untuk mengkajinya. Dan inilah salah satu alasan mengapa Muhaji Fikriono memberanikan diri menulis buku ini sekaligus sebagai pembanding buku terdahulunya Al Hikam untuk Semua. Meski berlatar belakang anak santri, persoalan yang diulasannya sangat jelas ditambah lagi dengan foot note ( cacatan kaki ) sebagai penunjang ulasan.
Dibandingkan dengan buku-buku lain yang sama – sama mengulas falsafah orang Jawa buku Puncak Makrifat Jawa ini ditutup dengan tujuh bait agung dari Ki Ageng Suryomentaraman yang berisi ajakan kepada manusia untuk biso rumongso bukan rumongso biso.( hal. 412 – 415 ). Selain itu, buku ini juga dapat pengantar kepada mereka yang selama menerka terka tentang Islam kejawen yang banyak dianut oleh sebagian masyarakat Jawa.
Sertifikat Hidup
           Hidup hakikatnya sebuah perjalanan. Barang siapa yang merasa dirinya hidup maka dia akan melakukan hal yang terbaik untuknya. (hal. 234 ). Namun masalahnya dapatkah manusia menghayati orang lain yang bertolak belakang dengan kehidupannya. Seperti orang kaya dapat menghayati kehidupan orang miskin atau sebalikinya ( hal.266). Ternyata itu tidak mudah. Bersengkokolan  pikiran dengan kehendak, hasrat atau keinginan pada diri manusia mengakibatkan kesulitan bagi manusia untuk menetapkan baik dan buruknya perbuatan manusia ( hal. 264 ).
            Kejadian – kejadian yang dialami manusia dapat menjadi pengalaman hidup. Baik itu berupa kebahagian atau penderitaan. Pengalaman yang menderitakan akan melekat kuat pada sanubari   dibanding pengalaman yang menyenangkan ( hal. 306 ). Untuk menjaga kesimbangan hidup agar kebahagian atau  penderitaan yang dialami manusia tidak sampai berlaku  anarkis pada dirinya sendiri perlu diterapkan asas nem sa ( 6 – se ). Yakni sakepenake ( senikmat-nikmatnya ), sabutuhe (sepenting-pentingnya saja ) , saperlune ( seperlu-perlu saja), sacukupe ( secukupnya saja ), samestine ( apa harusnya saja ) dan sabenere ( sebenar saja ) ( hal.332).
            Marilah kita kembalikan diri kita sebagai manusia yang merdeka ( Man born is free )
dari sifat- sifat yang menyebabkan kita jauh dari Sang Khaliq seperti rasa sombong, ujub, kikir. Dan ingat segala sesuatu dalam hidup ini tidak ada yang baru ( * Abdul Basyid, Kaliwungu Selatan ).


Sisi Lain 28 Oktober
Oleh : Abdul Basyid
          Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Pernyataan ikrar kesetiaan para generasi muda terhadap bangsa ini tertuang dalam piagam yang terkenal dengan Sumpah Pemuda. Sehingga dari peringatan Sumpah Pemuda diharapkan hirroh  pemuda Indonesia terhadap NKRI akan terus terjaga sepanjang masa.
          Dari peristiwa tersebut ada sesuatu yang sedikit dilalaikan yakni momentum merah putih dan lagu Indonesia Raya.. Merah putih adalah bendera Indonesia. Merah putih atau sang dwi warna pertama kali dikibarkan secara resmi pada tanggal tersebut begitu pula dengan lagu Indonesia Raya yang diciptakan WR. Supratman. Namun, oleh pemerintahan Belanda pengibaran bendera merah putih tidak boleh ditindaklanjuti karena dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap pemerintah Belanda saat itu.. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945 merah putih dikibarkan lagi di saat bangsa ini menyatakan kemerdekaannya.. Peresmian merah putih secara yudistial sebagai bendera nasional pada tanggal 18 Agustus 1945 di sidang PPKI. Yang putusannya termaktub dalam  UUD 1945  pasal 35.
        Bendera Merah Putih atau Sang Dwiwarna, atau Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan di depan rumah Soekarno beberapa saat setelah dia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 kini dijadikan sebagai bendera pusaka.. Bendera Pusaka tersebut dijahit oleh Ibu Negara yakni Fatmawati Soekarno. Bendera  pusaka dikibarkan setahun sekali  yakni pada upacara detik-detik 17 Agustus di depan istana presiden. Namun, sejak  17 Agustus 1968 bendera tidak lagi dikibarkan karena kondisinya sudah tidak memungkinkan.
Arti Merah Putih
           Warna bukan sekedar coretan tanpa makna. Warna adalah pilihan. Dalam kondisi tertertu warna merupakan gambaran keadaan.  Bahkan dalam psikologi warna, warna favorit yang dipilih  mempunyai gambaran sifat si empunya. Bahkan di masyarakat, warna pun mempunyai makna tersendiri. Seperti hitam identik dengan kegiatan takziah, putih identik dengan kegiatan orang ke pengajian. Hijau identik dengan dunia kesehatan, dan seterusnya.
         Begitu pula dengan merah putih bendera Indonesia. Merah berarti keberanian, sedang putih berarti kemurnian. Merah perwujudan dari tubuh manusia atau kehidupan fisik, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia atau kehidupan rohani. Jika kedua bersatu maka jadilah satu manusia yang utuh.
        Secara tradisional, sebagian besar masyarakat Indonesia telah menggunakan merah dan putih sebagai warna suci mereka, pencampuran warna gula (warna merah berasal dari gula kelapa atau Gula aren) dan beras (berwarna putih). Sampai hari ini, keduanya merupakan komponen utama masakan Indonesia setiap hari. Rupanya, penduduk Kerajaan Majapahit juga menggunakan konsep ini dan dirancang sebagai bendera merah dan putih.
Degradasi Warna         
          Bicara arti atau hakikat sebuah warna ada satu kisah menarik  yang dialami oleh guru SD di negara ini. Saat itu, bu Guru PKn tengah menjelasan  tentang hakikat dari warna sangsaka merah putih. Dengan semangat berapi – api sang Guru itu  menjelaskan hakikat dari warna merah. Katanya merah itu berani, merah itu semangat, merah itu pantang menyerah sambil tangannya mengepal ke atas. Lalu, sang Gurupun memberikan contoh prilaku yang mencerminkan warna merah di kehidupan sehari – hari. Seperti tegas dalam mengambil keputusan, pantang menyerah dalam bekerja dan belajar, loyal dan hormat terhadap peraturan. Dan diapun  tak lupa dia mengambil contoh para pahlawan negeri ini. Seperti Pangeran Diponegoro, Bung Hatta, Hasanudin, dan Jendral  Sudirman.
          Usai menjelaskan hakikat warna merah pada bendera Indonesia, sang gurupun melanjutkan dengan menjelaskan hakikat warna putih. Dalam penjelasannya, sang guru mengatakan jika putih itu bermakna suci. Baik suci pikiran atau hatinya. Putih juga bermakna ikhlas atau tanpa pamrih, putih itu kejujuran. Sang guru tak lupa  memberi contoh prilaku yang mencerminkan semangat warna putih. Seperti semangat rela  berkorban,
gotong royong, patuh kepada nasihat guru/orang tua, dan tidak suka berbohong. 
          Selesai menjelaskan hakikat warna bendera sang saka merah putih, Sang guru SD memberikan arahan  kepada siswanya, agar  tatkala upacara bendera hari Senin atau hari - hari nasional  harus tertib dan tenang. Apalagi di saat pengibaran sangsaka merah putih.
         Selesai menjelaskan hakikat warna merah putih, sang gurupun memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk bertanya. Namun tak satupun anak didiknya yang berani mengacungkan jari.
          Tiba – tiba !
          Ketika pelajaran akan usai beberapa  anak pun yang bertanya.
          Bu ! Apakah ada kemungkinan bendera Indonesia  akan berganti warna jika prilaku
            dari orang-orang kita sendiri tidak mencerminkan dari warna merah dan putih ?
          Bu ! Mengapa bendera merah putih yang di kantor - kantor pemerintahan warna
            sudah tidak jelas. Apakah itu firasat jika dikantor tersebut nilai-nilai merah putih
           sudah luntur ?
          Bu ! Apakah kesalahan dalam  membuka bendera saat akan dikibarkan itu           
             pertanda, telah terjadi pembalikan pola pokir bangsa ini  ?”
            Mendengar pertanyaan murid – muridnya,  sang guru pun tertegun. Namun, dalang orak kentheaan lakon lalu sang guru berkata “ Anak – anakku, bu guru senang sekali dengan pertanyaan itu. Namun, bu guru  tidak akan menjawab sekarang ini, takut itu menjadi fitnah !  Bagaimana jika waktu yang menjawabnya ! Okey !                              


Penulis:  Abdul Basyid
Pembina Ekstra Paskibraka  SMA N 1 Kaliwungu.

kamus


cerita hikmah


Rabu, 10 Agustus 2011

Wasilah
 oleh lek Basyid

Sido Makmur adalah  desa yang  sangat  subur. Bertani dan berladang merupakan mata pencaharian warga desa tersebut. Dalam setiap tahun  warga desa Sido Makmur dapat memanen sawahnya tiga kali. Selain bertani dan berladang, warga desa Sido Makmur juga mengandalkan peternakan sebagai  tambahan penghasilan. Seperti memelihara kambing, ayam, bebek dan sapi.
     Kesuksesan pertanian dan peternakan desa tersebut tidak lepas dari andil kali Blorong. Kali Blorong adalah  sungaii aliran airnya membelah desa tersebut dan hampir 70 %  masyarakat Sido Makmur memanfaatkan aliran kali Blorong untuk menunjang aktivitasnya. Seperti irigasi, cuci pakaian, mandi, dan lain - lain.  lain kali Blorong juga menjadi hantu yang menakutkan terutama ketika musim penghujan tiba.
     Cerita meluapnya  sungai Blorong di musim penghujan bukan hal yang baru bagi warga desa Sido Makmur bahkan mereka menganggap itu hal yang biasa. Kalaupun toh harus  ada korban hingga sampai puluhan orang,  itu merupakan bagian dari hubungan timbal balik antara alam dan manusia.
    Salah satu peristiwa banjir yang membuat warga desa Sido Makmur menghela nafas terjadi pada musim penghujan tahun 2005. Ketika itu hujan turun selama 2 hari penuh. Tanda - tanda hujan kan reda tak tampak. Namun demikian, sore itu warga Sido Makmur sedang menghouli  mbah Sunep yang ke 15 di masjid Al Fathoni. 
    Tepat adzan Magrib hujan pun berubah menjadi gerimis. Warga Sido Makmur pun terlelap dalam kedinginan malam di rumah. Tiba - tiba pada pukul 23.00 WIB.
    thung - thung ! ,...thung - thung  !, thung - thung !.
Warga desa Sido Makmur pun terkejut mendengar bunyi titir kethongan tanda bahaya dari gardu pos jaga malam. Bunyi  titir kethongan terus membahana dan saling bersautan dari kampung ke kampung.  Warga yang sudah terlelap tidur, terpaksa bangun dan keluar rumah untuk mencari tahu ada bahaya apa dengan kampungnya ? Belum sempat keluar rumah, terdengar pengumuman dari pengeras suara masjid kalau sebentar lagi  kali Blorong yang melintas di desa itu sudah  tidak sanggup lagi menampung air bah. Untuk itu warga Sido Makmur diminta segera mengemasi barang  dan segera mengungsi ke balai desa, kantor kecamatan atau tempat yang dirasa aman.
     Tapi terlambat bagi warga yang rumahnya persis berada di bantaran kali tersebut. Air bah sungai Blorong meluap bak laskar pasukan hendak berangkat perang. Warga     harus beradu cepat dengan laju air bah tatkala mengemasi barang - barangnya. Kepanikan pun semakin bertambah ketika musolla terdekat mengumandangkan adzan tanda  bencana.
     Tak lama kemudian, rumah - rumah di sekitar  kali Blorong sudah terendam hingga satu meter lebih. Diperkirakan kondisi banjir seperti itu dapat bertahan hingga sampai satu minggu.
     Di tengah keheningan dan lengangnya desa Sido Makmur karena banjir , ternyata mengisahkan cerita tidak enak bagi banjir dan angin ribut. Banjir pun mulai merasa  risih, tak nyaman serta merasa bingung sendiri ketika mendengar sebagian dari umpatan manusia. Bahkan banjir pun sempat ingin memprotes manusia karena selalu disalahkan.
" Mengapa ya manusia tidak pernah menyambut kedatangan ku ? "
" Apakah aku ini terlalu banyak dosa , sehingga manusia begitu antipati terhadap akan
 kedatanganku ? "
" Atau mungkin tuhan belum membukakan pikirannya ! "
" Entahlah ! "
    Ketika sedang asyik memikirkan nasibnya, tiba - tiba banjir pun dibuat terkejut  oleh ulah si angin ribut.
" Hai, banjir sedang apa kau, malam - malam  kok melamun ! " " Apa ada yang merisaukan hatimu ? " sergah si angin ribut.
" Ah  kamu, angin ribut sejak dulu selalu usil dan pinginnya tahu urusan ku ! " elak si banjir.
" Tidak begitu banjir, engkau  kan tahu, kalau kamu dan aku adalah sahabat karib sejak jaman dahulu. Apalagi kita diciptakan oleh tuhan punya missi yang sama. Yakni memberi nasihat sekaligus membukakan alam kesadaran  manusia ". tegas si angin ribut.
 " Kalau itu saya sudah paham !".
 " Tapi apakah manusia akan bisa memahami tugas kita. Ini yang sedang saya pikirkan !" jawab si banjir.
 " Coba bayangkan angin ribut, ketika aku akan datang orang – orang sudah berteriak mengisyaratkan untuk segera pergi. Ada yang ke balai desa, kantor kecamatan,   atau ke masjid ".
 " Dan ini berlangsung terus menerus sepanjang masa. Jika begitu,  bagaimana aku akan menyampaikan maksud kedatangan ku ! " tegas si banjir.
" Bahkan oleh sebagian mereka kedatanganku dianggap merugikan dia ! Padahal kedatangan ku atas perintah tuhan. Iya kan ! "
" Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya kedatangan ku ke rumah - rumah manusia 
 itu untuk mengajak bicara mereka. Agar mereka itu tidak selalu semenyalahkan aku seratus  persen,  ketika aku  meminta korban hingga sampai puluhan orang ! ".
" Selain itu, aku pun ingin menjelaskan kepada manusia mengapa aku sampai keluar dari   jalurku ? " ungkap si banjir.
" Tapi sayang angin ribut ! Keinginanku itu selalu bertepuk sebelah tangan ". desah si banjir.
" Memang untuk mahluk tuhan yang satu ini sangat sulit sekali untuk diajak kompromi ! " kata Si Angin Ribut. 
" Lebih anehnya lagi" kata banjir kepada angin ribut " Manusia itu sebenarnya menyadari kalau perbuatannya itu salah atau keliru tetapi masih saja mereka lakukan. Dan ketika dikonfirmasi, jawabannya pun bermacam - macam hingga mereka  bingung sendiri. Dan  ujung - ujungnya saling menuduh dan menyalahkan sesamanya"
" Benar kau, banjir ! " sergah angin ribut,
" Memang, manusia itu aneh dan juga unik " tegas angin ribut.
" Nyatanya tidak ada yang sama antara  manusia satu dengan manusia lain di muka dunia ini, meskipun jumlah mereka lebih dari satu milliyard  " ungkap si angin ribut.
" Lebih uniknya lagi manusia itu mempunyai sifat lupa, Tapi mereka enjaoy saja dengan  sifat tersebut, ironisnya sifat tersebut sering dikambinghitamkan guna kepentingan    sesaat ". " Contohnya ketika tuhan menegur mereka lewat kitab suci atau orang - orang cendikia atau dari peristiwa - peristiwa alam, mereka hanya menjawab "  apa ... iya !" 
" Memang benar, apa yang kamu sampaikan tadi " tandas si banjir.
" Tapi ingat !" Kata si Banjir lagi, selain tuhan juga memberi sifat pelupa, tuhan juga memberi satu keistimewaan buat manusia dan ini sangat luar biasa yakni akal atau pikiran. Dari akal tersebut, tuhan berharap manusia bisa berlaku arif dan bijaksana ketika mendapati satu persoalan. Sebab banyak manusia yang terjebak dalam persoalan yang mengarah kepada kepentingan sesaat. Dan mereka menyakini betul jika prilakunya tersebut adalah benar. Apalagi ketika mereka bicara tentang agama. Bagi mereka agama adalah sebuah kenyakinan yang harus diperjuangankan. Sehingga wajar jika akhir - akhir ini banyak orang rela bunuh diri demi sebuah kenyakinan"
    Banjir dan angin ributpun saling menghela nafas. Mereka terus berbicara, tentang keberadaan manusia di muka bumi ini. Kerusakan demi kerusakan terus terjadi setiap saat. Baik  kerusakan alam atau kerusakan prilaku manusia. Bahkan banyak manusia yang telah mengingkari tujuan hidupnya di dunia ini.
     " Banjir ! Kira - kira sampai kapan manusia terjebak dalam kerumitan hidup ini ? " tanya Si Angin Ribut.
     " Menurutku ketika manusia menyadari pentingnya hidup beragama secara benar.
Karena dengan beragama secara benar prilaku manusia dapat terkontrol. Dengan demikian manusia dapat membedakan mana yang hak dan mana yang bathil, serta tahu mana yang miliknya dan mana bukan miliknya. Dan yang terpenting lagi, dengan beragama yang  benar akan munculkan rasa kasih sayang sesama mahluk tuhan" jawab si Banjir. Cuman untuk bisa beragama dengan baik dibutuhkan kerja akal yang maksimal. Mengingat godaan orang beragama sangat luar biasa."
 "Tapi aku percaya manusia dapat menjalani itu semua, kalau pun toh yang terjadi akhir - akhir ini diperbagai tempat itu hanyalah kekhilafan belaka.". 
" Aku juga berharap demikian" tegas Si Angib Ribut.
" Ngomong - ngomong soal agama, mengapa ya tuhan tidak memerintahkan  kita untuk beragama seperti manusia ?" tanya si Angin Ribut.
" Bukankan dengan beragama, setiap kali perbuatan kita salah kita tinggal  meminta maaf  kepadaNya " tegas  si Angin Ribut.
" I...ya.  ya  jika  cara beragamamu  benar  ! " tegas  si Banjir. " Sebab banyak kegiatan keagamaan hanya bersifat formalitas. Mereka yang pergi ke masjid, gereja, wihara hanya ingin dianggap beragama dengan 
baik.
" Maksud lho ? " tanya si Angin Ribut dengan perasaan ingin tahu.
" Begini  angin ribut  ! "  jelas si Banjir, " Setahuku tuhan mewahyukan agama kepada manusia ini agar hidupnya damai. Atau dengan kata lain agama  adalah wasilah untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Makanya, bagi orang - orang yang rindu kedamaian, dan ketenangan hidup,  mereka akan beragama secara totalitas ( kaffah ). Perkara agama mana yang paling benar itu urusan Yang  Maha Kuasa. Sebab dalam kitab sucinya orang Islam  yakni Al Quran dikatakan yang artinya kurang lebih sebagai berikut " jangan paksakan satu kenyakinan kepada kenyakinan yang lain. Dan arti yang lain " urusanmu ( Muhammad ) adalah menyampaikan ( tabliq )sedangkan masalah hidayah itu urusanKu ( Allah ).
" O.... begitu !, lalu bagaimana tanggapan jika ada manusia yang merasa paling ? "Tanya angin ribut.
" Boleh saja mereka memiliki perasaan paling, tetapi manusia harus menyadari kalau tuhan itu tidak tidur. Dan Dia tahu siapa diantara mahluknya yang pantas masuk surga.
*****
Setelah berjam - jam banjir dan angin ribut berdiskusi tentang manusia mereka tetap tidak punya kesimpulan yang pas. Mereka tetap saja diliputi rasa penasaran tentang mahluk tuhan yang satu ini. 
Penulis
Abdul Basyid
Sekretaris Lesbumi Kec Kaliwungu Selatan

Selasa, 19 April 2011

Mengimpikan Pasha Ungu, Ade Rai, Habibi dan Rosulullah

Mengimpikan
Ade Ray, Pasha Ungu, Habibi, dan Rosulullah
oleh Lek Basyid

Pendidikan pada prinsipnya adalah upaya meningkatkan kualitas individu atau kelompok dalam rangka menghadapi perubahan jaman yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Bagi masyarakat atau individu tertentu yang ingin meningkatkan peradabannya, menguasai ilmu pengetahuan serta menemukan jati diri berpendidikan adalah suatu keharusan.
Melihat pentingnya berpendidikan ( tolabul ilmi ) untuk kelangsungan hidup di masa depan menjadikan motivasi bagi organisasi masyarakat ( ormas) dan individu untuk turut serta berpartisipasi di bidang pendidikan. Seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Taman Siswa, MKGR, Kosgoro dan masih banyak lagi.
Dengan adanya terlibatnya ormas atau individu terhadap dunia pendidikan berarti membuka kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan seluas - luasnya. Sekaligus juga mengurangi tanggung jawab pemerintah. Belum lagi anggaran pemerintah untuk pendidikan pun terbatas. Apalagi sekarang ini tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan semakin kuat dari masyarakat.
Pendidikan Berkarakter
Pendidikan berkarakter adalah pendidikan yang mampu mengangkat potensi lokal sebagai corak pembeda dengan sekolah lain. Pendidikan berkarakter dimunculkan dengan harapan agar sekolah / penyelenggara pendidikan di seluruh Indonesia mempunyai corak masing - masing. Dan ini akan menjadi kekuatan tersendiri untuk membangun bangsa ini yang terkenal keanekaragaman budayanya.
Rumusan pendidikan berkarakter menjadi otoritas sekolah atau penyelenggara pendidikan. Untuk merumuskan pendidikan berkarakter dibutuhkan analisis lingkungan, analaisis potensi internal dan kemampuan pembiayaan. Namun bagi sekolah yang penyelenggaranya sebuah organisasi kemasyarakatan, karakter pendidikannya disesuaikan dengan tujuan organisasi itu dibentuk.
Kondisi ini bisa dimaklumi, karena sekolah bagi organisasi tersebut adalah tempat penyiapan kader di masa mendatang. Tujuan organisasi tersebut selanjutnya dikemas menjadi misi dan visi. Seperti LP. Ma'arif harus seirama dengan kebijakan PBNU, Lembaga Pendidikan Muhammadiyah, harus selaras dengan kebijakan PP Muhammadiyah, Santo Dominico dengan kebijakan gereja, dan lain - lain.
Kemudian dari visi dan misi yang ada oleh sekolah. menjadi pijakan ketika menyusun rencana strategis ( Renstra ). Rencana strategis ( Renstra ) merupakan cara untuk mengkalkulasi potensi sekolah selama kurun waktu tertentu yakni jangka pendek (1 tahun ), jangka menengah ( 3 tahun ) , dan jangka panjang ( 10 tahun ). Agar semua renstra dapat sukses dan membumi di sekolah tersebut maka semua komponen sekolah diajak untuk melakukan analisis. Mulai dari keunggulan potensi lokal, daya dukung, dan sumber pembiayaan.
Hakekat Pendidikan
Pendidikaan sama artinya dengan investasi ilmu. Siapa yang ingin bahagia di dunia harus berilmu, siapa yang ingin bahagia di akhirat harus berilmu. Dan siapa yang ingin bahagia di dunia dan akhirat juga dengan ilmu. Dari arti hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa perlunya menjaga keseimbangan dalam berpendidikan. Pemahaman ini sinergi dengan paradigma pendidikan yang canangkan oleh pemerintah.
Pendidikan yang dicanangkan pemerintah meliputi empat aspek yakni olahkalbu, olah pikir, olah rasa dan olahraga. Olah kalbu adalah pendidikan akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, sehingga peserta dididik memiliki kepribadian yang unggul. Ini adalah aktualisasi dari potensi hati manusia dan merupakan bagian pendidikan yang paling mendasar dan paling penting. Dalam istilah pendidikan, hal itu termasuk merupakan aspek afeksi. Dalam keyakinan agama islam yang berdasarkan sebuah hadits dari Imam Muslim– dijelaskan bahwa, semua perbuatan (amal) berangkat dari kualitas niat. Pendidikan afeksi adalah bagaiamana membangun manusia berhati baik dan prakarsanya menjadi baik, karena didasarkan pada niat baik pula. Niat yang baik dan postif akan bisa menjadikan manusia bersifat produktif. Inilah yang dalam istilah populer saat ini disebut dengan kecerdasan spiritual ( spiritual quality ).
Olah pikir ( intelektual quality) berarti membangun manusia Indonesia agar memiliki kemampuan untuk menguasi ilmu pengetahun dan teknologi ( Iptek). Olah pikir berorientasi pada pembangunan manusia Indonesia yang cerdas, kreatif dan inovatif. Olah rasa ( emosional quality )bertujuan menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitif serta mampu mengekspresikan keindahan dan kehalusan. Ini sangat penting, karena manusia adalah satu - satunya mahluk tuhan yang sangat peduli sekali dengan keindahan. Dan sekaligus sebagi representasi rasa syukur tuhan. Coba bayangkan bagimana jika manusia Indonesia tidak memiliki apresiasi terhadap keindahan dan kehalusan.
Untuk menjaga keutuhan nilai - nilai pendidikan, sudah seharus jika semua aspek pendukung pendidikan harus kita maksimalkan. Dan jangan sampai satu aspek tidak mendapatkan perhatian karena itu dapat menyebabkan kegagalan dalam mendidik para pelajar kita. Salah satu kelemahan kita adalah tidak terbiasa untuk memberikan apresiasi kepada anak dudik kita atau orang lain disekitar kita. Akibatnya yang muncul perasaan hasut serta berprilaku destruktif.
Sedangkan olah raga merupakan proses pembangunan manusia Indonesia ketahanan fisik. Ungkapan Men Sana en Comporisano yang sering kita dengar jelas mengajak kita untuk memberikan porsi yang seimbang antara olahraga, olahkalbu, olahpikir dan olahrasa. Jika orientasi pendidikan yang dicanangkan pemerintah betul - betul dilaksanakan secara kaffah dan benar maka tidaklah berlebihan jika generasi Indonesia ke depan akan berparas Pasha Ungu, berbody Ade Rai, berIQ Habibi dan berahklak Rosulullah. Amin,

Abdul Basyid, S.Pd
Sekretaris Lesbumi
Kaliwungu Selatan